Monday 27 February 2017

Sosial Entrepreneurship (Kewirausahaan Sosial)



1.      Asal Social Entrepreneurship
Menurut Deakins & Freel (2009:249) sebagaimana yang dikutip oleh Wahyudi (2012:91) Ilmu sosial ekonomi digunakan sebagai acuan dasar pengembangan konsep social entrepreneurship. Istilah sosial ekonomi berawal pada permulaan abad ke-20, ditandai dengan banyak perubahan (kemiskinan, ketidakpastian hak, dll). Sebagai akibat revolusi industri pada abad 18 dan 19. Istilah social entrepreneurship belum digunakan sampai dengan tahun 1970, namun sejak saat itu istilah ini mulai dipopulerkan oleh Bill Drayton (Ashoka Foundation). Ashoka sebuah organisasi yang memiliki tujuan sosial, mengupayakan tercapainya visi dan misi dengan cara inovatif dan kreatif melalui metode bisnis pada umumnya organisasi seperti Ashoka ini disebut juga social enterprise. Sedangkan orang-orang yang terlibat dalam social enterprise disebut social entrepreneur.
2.      Definisi Sosial Entrepreneurship
Menurut Deakins & Freel (2009:252) sebagaimana yang dikutip oleh Wahyudi (2012:91) Social Entrepreneurship adalah semua aktivitas yang berhubungan dengan pengambilan peluang untuk menciptakan nilai-nilai sosial di masyarakat dengan cara inovatif, kreatif, dan disertai pengambilan risiko kegagalan. Sedangkan menurut Santosa (2007) sebagaimana yang dikutip oleh Wulandari (2012) Sosial Entrepreneurship merupakan sebuah istilah turunan dari kewirausahaan. Gabungan dari dua kata, social yang artinya kemasyarakatan, dan entrepreneurship yang artinya kewirausahaan. Pengertian sederhana dari Social Entrepreneur adalah seseorang yang mengerti permasalahan sosial dan menggunakan kemampuan entrepreneurship untuk melakukan perubahan (social change), terutama meliputi bidang kesejahteraan (welfare), pendidikan dan kesehatan (healthcare). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Sosial Entrepreneurship adalah semua aktivitas yang berhbungan dengan pengambilan peluang untuk menciptakan nilai-nilai sosial di masyarakat terutama dalam bidang kesejahteraan, pendidikan dan kesehatan dengan cara kreatif, inovatif, dan disertai pengambilan  risiko kegagalan.
Ada beberapa tingkatan dari social entrepreneurship sebagai berikut (Wahyudi, 2012:91).
1)      Social obligation
Tingkat aktivitas minimum akan tanggung jawab sosial, hanya melakukan kegiatan yang diwajibkan oleh Negara. Seperti kegiatan yang dilakukan oleh forum mahasiswa Bidikmisi (Formadiksi) sebagai pengabdian kepada Negara di akhir semester gasal berupa kegiatan FUN (Formadiksi Untuk Negeri), dimana dalam kegiatan tersebut diciptakan nilai-nilai sosial dalam bidang pendidikan dengan cara memberikan pelatihan keterampilan origami pada anak-anak di tempat pengabdian selama beberapa hari. Selain hal tersebut dalam bidang kesejahteraan dilaksanakan dengan member bantuan berupa sembako kepada masyarakat kurang mampu di daerah pengabdian. Serta dalam bidang kesehatan dilaksanakan dengan kegiatan kerja bakti mengambil sampah di sepanjang jalanan tempat pengabdian, membersihkan tempat ibadah yang berada di tempat pengabdian, dan menanam pohon secara gratis di halaman tempat tinggal masyarakat di tempat pengabdian.
2)      Social responsiveness
Tingkat aktivitas medium akan tanggung jawab sosial, melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat, walaupun tidak diwajibkan oleh Negara. Seperti seorang mahasiswa lulusan S1 Pendidikan Ekonomi di Universitas Negeri Malang asal Jombang yang memilih untuk bergabung dengan Koperasi di daerahnya dan berhasil mengembangkan komoditas pisang dengan berbagai macam produk rasa. Sehingga Koperasi tersebut menjadi maju dan para anggotanya menjadi sejahtera.
3)      Social responsibility
Tingkat aktivitas maksimum akan kesadaran dan tanggung jawab sosial secara luas, mengejar tujuan jangka panjang yang sangat bermanfaat bagi masyarakat, walaupun tidak ada keuntungan bisnis apapun di dalamnya.  Seperti seseorang yang menciptakan lembaga sosial untuk pemberantasan buta huruf.
3.      Karakteristik Social Entrepreneur
Ada 3 (tiga) karakteristik wirausaha sosial sebagaiberikut (Prima, 2016).
1)      Adanya aktivitas produksi barang/jasa.
Konsep wirausaha sosial berpusat pada suatu produksi barang atau jasa untuk menghasilkan keuntungan. Dengan adanya keuntungan, sebuah organisasi wirausaha sosial dapat merencanakan perkembangannya, dan mendanai misi sosial yang menjadi sasarannya. Meskipun dana tersebut dapat diperoleh dari kompetisi atau angel investor, tetapi keuntungan yang berkelanjutan dapat menciptakan kemandirian bagi organisasi dan komunitas yang dibantu.
2)      Memiliki nilai sosial
Disamping profit, kesuksesan wirausaha sosial diukur dari seberapa berhasil organisasi tersebut menyelesaikan masalah sosial. Melalui kegiatannya, organisasi merancang program-program yang secara spesifik dapat memenuhi kebutuhan komunitas sasaran. 
3)      Menjaga jaringan komunikasi atau informasi
Setelah memastikan organisasi mendapatkan profit dan memiliki nilai sosial, wirausaha sosial juga harus menjalankan proses komunikasi dengan baik. Dengan komunikasi yang efektif tidak hanya komunitas sasaran akan mendapatkan pengetahuan yang dibutuhkan untuk memperbaiki kehidupan mereka, tetapi publik akan memberikan dukungan terhadap misi sosial seorang wirausaha. Wirausaha sosial berpromosi dengan cara yang sedikit berbeda, yaitu dengan cara menciptakan kesadaran masyarakat akan sebuah isu sosial dan mengemukakan langkah-langkah perubahan yang telah berhasil dilakukan.
4.      Kunci Keberhasilan Social Entrepreneurship
Social entrepreneurship mengacu pada berbagai macam tipe aktivitas, organisasi, dan masyarakat. Seelos & Mair dalam Deakins & Freel (2009:250) menyatakan tiga konsep kunci keberhasilan social entrepreneurship sebagai berikut.
1)  Semua aktivitas organisasi non-profit perlu difokuskan pada diversifikasi sumber pendanaan agar tidak terlalu bergantung pada dana hibah pemerintah atau perusahaan swasta.
2)   Diperlukan koordinasi aktivitas beberapa individu dalam organisasi yang memiliki tugas masing-masing untuk mencari pemecahan masalah sosial yang spesifik.
3)    Bekerjasama dengan aktivitas perusahaan swasta dalam menjalankan inisiatif tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat (corporate social responsibility).

Sumber:
Deakins, D. & Freel, M. 2009. Entrepreneurship and Small Firms. Glasgow: McGraw Hill.
Prima. 2016. 3 Karakteristik Wirausaha Sosial yang Perlu Kamu Tahu. (Online), (http://www.gandengtangan.org/blog/3-karakteristik-wirausaha-sosial-yang-perlu-kamu-tahu.html) diakses pada tanggal 15 Februari 2017.
Wahyudi, Sandy. 2012. ENTREPRENEURIAL BRANDING AND SELLING: Road Map Menjadi Entrepreneur Sejati. Yogayakarta: Graha Ilmu.
Wulandari, Desti. 2012. Kewirausahaan Sosial (Social Entrepreneur). (Online), (http://www.destiwulandari_kewirausahaan-sosial-social-entrepreneur.html) diakses pada tanggal 14 Februari 2017.
Gambar:
https://www.google.co.id/search?q=gambar+kewirausahaan+sosial+untuk+blog&espv=2&biw=1024&bih=509&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwizoJzUhLLSAhUHW5QKHY_AAuoQ_AUIBigB#imgrc=PzGm6HZIGNv2SM.

No comments:

Post a Comment